Bupati Devi Suhartoni : Orang Tua Perketat Pengawasan: “Jangan Balago di Sekolah, Ajarilah Anak Sabar dan Empati”
OKESIBER,COM,MURATARA — Bupati Musi Rawas Utara (Muratara), Devi Suhartoni, mengeluarkan imbauan tegas melalui akun Facebook resminya terkait maraknya tindak perkelahian, bullying, serta aksi merekam dan memviralkan kejadian negatif di kalangan pelajar. Ia meminta para orang tua untuk lebih aktif memberikan nasihat dan pengawasan kepada anak-anak di rumah.
Dalam unggahan tersebut, Bupati Devi menulis pesan mendalam yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat:
“Bapak Ibu semua, tolong di rumah dinasehati anak-anak kito. Jangan balago di sekolah, apalagi budak-budak kecik. Berentilah be-viral-viral. Ajarin sabar, empati, dan kebaikan sesamo manusia.”
Bupati menekankan bahwa sekolah dan guru telah bekerja keras menjaga lingkungan pendidikan, namun banyak kejadian justru terjadi di luar jam pelajaran.
“Banyak kejadian itu pas pulang sekolah atau pas idak ado guru. Jadi keluarga lah yang paling penting memperbaiki akhlak budak-budak kito,” ujarnya.
Tokoh Agama Dilibatkan untuk Perbaikan Akhlak Pelajar
Sebagai langkah nyata, Bupati Devi Suhartoni telah meminta tokoh agama untuk masuk ke sekolah-sekolah guna memberikan pendidikan adab, empati, dan pembinaan rohani kepada para pelajar.
Meski begitu, ia tetap menegaskan bahwa pondasi utama tetap berada di rumah.
Sanksi Sosial untuk Pelajar yang Berantam dan Memviralkan Video
Untuk memberikan efek jera tanpa kekerasan, Pemkab Muratara menerapkan sejumlah sanksi sosial. Sanksi ini berlaku untuk dua kategori pelanggaran:
1. pelajar yang berkelahi,
2. pelajar yang merekam dan memviralkan aksi tersebut.
Untuk pelajar yang berantam:
Menyapu dan membersihkan lingkungan sekolah.
Tugas kebersihan tambahan sesuai arahan sekolah.
Untuk pelajar yang memvideo dan memviralkan:
Kerja sosial membersihkan pasar atau mushola.
Pembinaan langsung oleh guru atau tokoh masyarakat.
Aturan tambahan yang diperintahkan Bupati:
1. Nyapu seluruh area sekolah selama 4 bulan.
2. Nyapu masjid selama 4 bulan.
3. Memungut sampah di pasar.
4. Membawa 4 pot bunga setiap hari untuk dirawat di sekolah.
5. Membaca Yasin 100 kali berdua (pelaku dan korban) sebagai latihan adab dan saling memaafkan.
Bupati juga menambahkan sindiran halus namun penuh pesan moral:
“Kalau masih saling bully pas baca Yasin, akan kita panggil kiyai untuk diruqyah — siapa tau ado setan kecil yang numpang.”
Tiga Masalah Terbesar Pelajar Muratara Menurut Bupati
Bupati Devi menyoroti tiga persoalan yang menurutnya menjadi tantangan besar bagi Muratara saat ini:
1. Bullying dan perkelahian antar pelajar.
2. Anak SMP mulai mengenal sabu dan ineks.
3. Pergaulan bebas, termasuk pacaran di kebun sawit atau rumah kosong.
Ia menegaskan bahwa persoalan ini tidak bisa diserahkan ke sekolah saja — seluruh keluarga harus turun tangan.
“Kuncinya Didikan di Rumah”
Sebagai penutup, Bupati Devi mengingatkan bahwa dirinya juga berasal dari keluarga sederhana dan memahami beratnya hidup. Namun ia menegaskan bahwa pendidikan karakter dimulai dari rumah.
“Aku jugo anak dusun dulu, idup prihatin. Tapi kunci hidup itu didikan orang tua. Pengawasan orang tua di rumah itu nomor satu. Mari kito benahi Muratara bersama.”
Pemerintah berharap dengan kerja sama orang tua, sekolah, tokoh agama, dan pemerintah, Muratara dapat mencetak generasi yang berakhlak baik, tekun belajar, dan jauh dari pergaulan negatif.





